Pangkep (kla.id)
Kegiatan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) 2017 di Kabupaten Pangkep, Minggu 10/12/2017 yang dibuka langsung oleh Bupati Pangkep Syamsuddin A. Hamid ini diinisiasi oleh LBH Apik Makassar bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pangkep dan beberapa CSO yang bekerja di Pangkep seperti KPPI,Yasmib Sulawesi,YKPM Sulsel, Aisyiyah dan gabungan CSO lainnya.
Dalam sambutannya, Syamsuddin A Hamid menyerukan, agar perkawinan anak dan kekerasan Perempuan dan Anak itu dihentikan.“Menghentikan Perkawinan Anak, dan menghapus kekerasan seksual kepada perempuan dan anak adalah tanggung jawab kita semua,” tegas Bupati Pangkep dihadapan peserta kegiatan.
Selain Bupati Pangkep, tampak juga sejumlah petinggi Kabupaten Pangkep yang hadir dalam rangka memperingati Puncak Kampanye 16 HAKTP yang bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) antara, anggota DPRD Pangkep, Kemenag, perwakilan sekolah perempuan dari kepulauan dan pegunungan.dan beberapa Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah
Direktur LBH Apik Makassar Rosniati Sain mengatakan, Kampanye 16 HAKTP bukan hanya dilakukan sendiri melainkan harus melibatkan seluruh elemen, membutuhkan kerja bersama dan sinergi dari berbagai komponen masyarakat untuk bergerak secara serentak, baik aktivis perempuan, NGO, Pemerintah, maupun masyarakat secara umum.
Lebih lanjut Rosniati mengatakan bahwa berbagai faktor yang menjadi pemicu maraknya perkawinan anak, diantaranya Tradisi yang sudah membudaya, oleh karena itu pentingnya pola asuh orang tua untuk mengontrol dan mengawasi anak sebagai upaya pencegahan karena zaman sudah menunjukkan bahwa dunia sudah ada di genggaman mereka apalagi sekarang marak istilah “Kids Zaman Now”
Bentuk kegiatan yang dilakukan di Pelataran Taman Bambu Runcing berupa Senam Three Ends oleh gabungan pelajar se Kabupaten Pangkep, pentas seni dari Forum Anak Saudara Pangkep, orasi dari CSO, pimpinan OPD dan anggota DPRD, penandatanganan di kain putih sebagai bentuk komitmen untuk mengakhiri perkawinan anak dan pelepasan balon sebagai bentuk dukungan ‘Stop Perkawinan Anak’ sekaligus menyuarakan “Tunda Menikah, Lanjutkan Sekolah”
Selanjutnya,gabungan CSO membagikan bunga sebagai bentuk kepedulian dan mengajak kepada tamu undangan untuk bergerak bersama akhiri perkawinan anak. Mewakili anggota sekolah perempuan pulau, Ibu Cedo memberikan souvenir miniatur perahu yang bertuliskan “stop perkawinan anak” sebagai simbol perjuangan mereka dalam menghentikan perkawinan anak di pulau. Dan perwakilan sekolah perempuan dari kampung Janna Labbue Kecamatan Tondong Tallasa juga ikut menyampaikan orasi dihadapan tamu undangan agar menghentikan anak di daerah pegunungan.