Makassar (kla.id)
Anak-anak mesti didengar aspirasinya terkait dengan masalah dan kebutuhannya karena itu merupakan pelaksanaan hak partisipasi anak. Demikian disampaikan Rusdin Tompo, aktivis Hak Anak disela-sela acara berlangsung. Menurut pendiri lembaga investigasi studi advokasi media dan anak (LISAN) itu, bahkan dalam setiap siklus pembangunan, mulai dari perencanaan hingga evaluasi, sebaiknya melibatkan anak-anak didalamnya.
Karena itu Rusdin memberikan apresiasi atas penyelenggaraan Penguatan dan Pengembagan Forum Anak Kota Makssar, Angkatan I di Hotel Celebes, Jalan Latimojong, pada hari Kamis, 3 mei 2018. Rusdin tampil sebagai salah seorang Narasumber dihadapan peserta yang merupakan anak-anak dari 15 kecamatan di Kota Makssar.
Menurut rusdin, peserta Forum Anak ini mesti bisa memetakan masalah dan isu-isu anak di Wilayah Kecamatannya masing-masing, juga mencari penyebab dan solusinya. Peserta juga perlu merumuskan bentuk kelembagaan Forum Anak pada tingkat kecamatan dan mengembangkan jejaring dengan berbagai pihak, termasuk LSM dan dunia usaha.
Tambahnya, apalagi Makassar sudah masuk Kategori Kota Layak Anak dan punya program Jagai Anakta’. Sehingga penyelesaian kasus berbasis masyarakat pada tingkat kecamatan bisa efektif dlakukan papar Rusdin.
Achi Soleman, Kabid Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak, Dinas PPPA Kota Makssar, mengatakan bahwa salah satu alasan Musrenbang Anak ini dilakukan adalah agar bisa mendengar dan mengetahui apaa yang diinginkan anak-anak. Dan itu tidak harus disampaikan dalam bentuk tertulis tapi juga dalam bentuk gambar. Ditambahkan, selama ini Musrenbang yang biasa diikuti orang dewasa lebih banyak mengusulkan program-program yang bersfiat fisik, kurang berkaitan dengan aspek pengembangan dan pembangunan karakter anak, ujar Achi.
Selain Rusdin Tompo tampil juga sebagai Nara sumber Husmirah Huzain pemerhati Perempuan dan Anak, memberikan materi seputar Parenting di Era Digital. Terbagi 2 bgian yakni Digital imigrant adalah orang-orang yang tadinya tidak hidup dalam masa digital tapi kini menggunakan digital, sementara Digital Bative yakni anak-anak yag sejak lahir sudah akrab dengan digital dengan gadget
Generasi digital ini bila jeli akan memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mengembangkan ide kreatif dan bisnis.
Game itu bisa mempengaruhi struktur berfikir yang dalam jangka tertentu mampu mempengaruhi kepribadian anak. Misalnya anak-anak tiba-tiba marah atau kesal.
Perempuan yang akrab disapa KA’Ira itu menekankan pentingnya anak-anak berfikir kritis dan bijaaksana dalam menggunakan gadget sehingga tidak malah jadi korban kemajuan IT
Acara ini seluruhnya difasilitasi oleh Forum Anak Makssaar (FM)). Setelah kegiatan ini akan dilaanjutkan dengan Pemilihn Ketua FAM yang baru. Saya berharap Farum Anak bisa mewakili anak-anak di Kota makassar untuk menyarakan aspirasinya dalam mendukung pembangunan di Kota Makassar, ujar Achi menutup perbincangan.