LAPORAN : RANGKAIAN KUNJUNGAN DIREKTOR UNESCO DI INDONESIA

1186

Jakarta, KLA.org –

Kunjungan Dr. Karen Malone ke Indonesia dilatarbelakangi oleh pertemuan Sdr. Usman Basuni, SE, MA, MPHR, Kepala Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak pada Kedeputian Bidang Perlindungan Anak,

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, dengan Dr. Karen Malone, Direktur UNESCO Asia-Pacific, Growing Up In Cities Project dalam Child Friendly City Asia-Pacific Conference di Tokyo, Jepang pada bulan April lalu
·

  • Kunjungan Direktur Unesco Asia-Pacific, Growing Up in Cities Project, Dr. Karen Malone, ke Jakarta, Kota Surakarta, dan Kota Jogjakarta pada tanggal 1-6 Juli 2009 bertujuan untuk melihat kemungkinan membangun kerjasama dan kemitraan UNESCO dan Indonesia dalam program Kota Layak Anak (KLA) atau Child Friendly City (CFC), dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat jaringan CFC tingkat regional Asia Tenggara. Saat ini pusat jaringan yang telah ada antara lain meliputi Tokyo, Jepang, London, Inggris, Italia dan Sydney, Australia. Dalam kunjungan ini Dr. Karen Malone berharap dapat melihat secara langsung apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam upaya mewujudkan kota yang layak anak. Selain itu, kunjungan Dr. Karen Malone juga dimaksudkan untuk berbagi informasi dan pengalaman UNICEF’s Child Friendly Cities tentang apa yang telah dilakukan dan yang terjadi di lingkup regional dan internasional
  • ·

  • Kunjungan Dr. Karen Malone terdiri dari 3 (tiga) rangkaian acara. Pertama, kegiatan dilakukan di dalam kota Jakarta, yaitu melihat berbagai aktivitas penduduk kota Jakarta dan perumahan murah bagi penduduk miskin kota Jakarta. Kedua, kegiatan kunjungan dilakukan ke kota Surakarta dan kota Jogjakarta untuk melihat pelaksanaan pengembangan KLA di kota yang menjadi rintisan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan untuk kebijakan KLA. Ketiga, dilakukan pertemuan dengan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, dan Deputi Bidang Perlindungan Anak beserta jajaran staf

KEGIATAN KUNJUNGAN

.1.Jakarta

a.Night Tour of Jakarta

Jadwal kegiatan dengan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dimulai pukul 20.00 WIB, yaitu dengan berkeliling kota Jakarta pada malam hari, dan mengunjungi beberapa tempat menarik di Jakarta, seperti Pelabuhan Tua Sunda Kelapa di Jakarta Utara, Taman Monas di Jakarta Pusat, dan menikmati makanan khas Kota Jakarta, yaitu Kerak Telor di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran. Kegiatan berkeliling kota Jakarta malam hari ini berakhir pada pukul 22.30 WIB.

b.Mengunjungi Rumah Susun “Cinta Kasih”

Kegiatan dimulai pukul 14.00 WIB, yaitu mengunjungi Rumah Susun “Cinta Kasih” (Great Love Village/High Rise Housing) di kawasan Cengkareng, Jakarta Utara yang dibangun dan dikelola oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Kunjungan diawali dengan pertemuan antara Dr. Karen Malone dan Tim dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dengan para pengelola kompleks rumah susun. Beberapa catatan dalam pertemuan dan kunjungan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Rumah Susun Cinta Kasih yang dibangun pada tahun 2002 di atas area seluas 1,5 hektar, pada awalnya bertujuan untuk menampung para korban banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun 2002 khususnya bagi penduduk yang bermukim di bantaran kali Angke. Sebagian besar penduduk di bantaran kali Angke adalah penduduk miskin yang berpenghasilan tidak tetap atau rendah. Karena itu, Yayasan Buddha Tzu Chi menginisiasi pembangunan rumah susun di sebuah area pemukiman terintegrasi, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penting seperti sekolah, Rumah Sakit, pasar, dan pusat bisnis. Hingga saat ini jumlah penduduk yang tinggal di kawasan rusun tersebut adalah sekitar 3.500 jiwa
  • Saat ini pihak yayasan juga tengah menyelesaikan bangunan sekolah yang cukup megah di tengah kompleks rusun tersebut khusus untuk tingkat sekolah lanjutan pertama dan atas. Menurut pihak yayasan, pembangunan sekolah tersebut didasari pada banyaknya permintaan dari penduduk di luar rumah susun Cinta Kasih.
  • Pada awal kepindahan penduduk ke rumah susun tersebut terdapat isu agama, yang kemudian menghilang begitu saja karena terbukti tidak ada intervensi agama dari pihak yayasan. Namun demikian, masih terdapat masalah-masalah yang menjadi tantangan bagi pengelola yayasan, yaitu:
  • o Ekonomi

    Sebagian besar penduduk yang tinggal di kawasan ini adalah penduduk miskin yang tidak memiliki pekerjaan, dan buruh pabrik dengan penghasilan rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya tunggakan pembayaran sewa rumah dalam jumlah yang cukup besar.

    o Isu sosial: rendahnya rasa kepemilikan

    Hal ini dapat disebabkan karena mereka tidak merasa membeli tempat tinggal tersebut, sehingga rasa memiliki terhadap rusun dan lingkungan tempat tinggal menjadi rendah

  • Dr. Karen Malone menyatakan kekaguman atas upaya yang dilakukan pihak yayasan untuk menyediakan tempat tinggal yang lebih layak bagi penduduk miskin kota Jakarta. Hal penting lainnya dari pemukiman ini adalah terbukanya akses bagi fasilitas-fasilitas penting seperti pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis, dan taman bermain bagi masyarakat miskin dan anak-anaknya. Dr. Karen Malone menyarankan agar pihak yayasan dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah-masalah yang dihadapi, seperti ekonomi dan isu sosial yang telah dijelaskan dalam pertemuan. Selain kedua isu tersebut, Dr. Karen Malone menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap isu-isu lain, seperti:

o Pengontrol kelahiran

Diperkirakan kurang adanya kontrol terhadap jumlah kelahiran, sehingga dikhawatirkan akan terjadi ledakan jumlah kelahiran di kawasan rusun tersebut.

o Kesehatan

Perlu pula diwaspadai kebersihan dan kesehatan lingkungan serta sarana dan prasarana yang ada terhadap berbagai kemungkinan penyakit menular seperti TBC. Selain itu, perlu pula dilakukan pengawasan misalnya pada air yang mungkin telah terkontaminasi

2.Kota Surakarta

a. Mengunjungi Taman Cerdas Gandekan

  • Kunjungan ke Kota Surakarta diawali dengan mengunjungi Taman Cerdas Gandekan. Taman Cerdas merupakan taman bermain bagi anak-anak yang terdiri dari beberapa spot untuk aktivitas berbeda, seperti ruang untuk teknologi informasi yang berisi sejumlah komputer, perpustakaan dan ruang membaca, serta panggung seni kreasi. Taman Cerdas merupakan inisiatif Walikota Surakarta yang dibangun di wilayah marginal dan miskin kota Surakarta, sehingga anak-anak di wilayah ini dapat tetap bermain dan berkreasi sesuai dengan minat mereka, yang sesuai pula dengan perkembangan jaman. Hingga saat ini Pemerintah Kota Surakarta telah menginisiasi pembentukan 6 (enam) Taman Cerdas di wilayah marginal Kota Surakarta.
  • Pembentukan Taman Cerdas dibiayai oleh pemerintah Kota Surakarta, namun untuk pemeliharaan dan pengembangannya diserahkan kepada Kelurahan setempat. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa kepemilikan Taman Cerdas pada warga setempat. Di Taman Cerdas Gandekan, masyarakat setempat berinisiasi untuk membangun “kolam bola” bagi anak-anak di samping ruang teknologi informasi dan ruang baca yang telah ada. Secara mandiri masyarakat telah membangun bangunan dasar bagi ruang yang akan diperuntukkan bagi “kolam bola” tersebut. Taman cerdas tersebut juga menginisiasi lomba membaca bagi murid Taman Kanak-Kanak hingga kelas 1 SD serta lomba mengarang bagi murid Sekolah Dasar, untuk memotivasi anak-anak dari keluarga miskin disekitar taman cerdas dalam meningkatkan kemampuan diri.
  • Kunjungan ke Taman Cerdas Gandekan diakhiri dengan berkeliling ke pemukiman penduduk setempat di sekitar Taman Cerdas Gandekan.

b. Mengunjungi Sanggar Seni “Sarotama”

  • Kunjungan kedua di Kota Surakarta adalah mengunjungi Sanggar Seni “Sarotama”. Sanggar Seni Sarotama merupakan sanggar seni yang melatih kreasi dan keterampilan anak-anak dalam berseni, seperti Dalang Cilik, menari, dan bermain musik gamelan. Sanggar tersebut merupakan sanggar mandiri, tidak tergantung pada dana/sumbangan pemerintah, atau pihak tertentu. Untuk biaya pementasan, biasanya orang tua anak-anak yang akan melakukan performance menyumbangkan dana untuk biaya pementasan.
  • Anak-anak yang berada di sanggar tersebut kemudian melakukan performance, antara lain pertunjukan Dalang Cilik, dan Tari Jaranan. Penampilan tersebut diiringi musik tradisional dan gamelan, dan seluruh anak-anak turut bernyanyi dan bermain musik gamelan.