Kota Jambi (kla.id)
Rekor MURI Tahun ini yakni ditabuhnya rebana oleh lebih dari 1.000 anak usia dini di Kota Jambi. Ribuan anak Pendidikan Anak Usia Dini se-Kota Jambi tampak meramaikan lapangan utama Kantor Wali Kota Jambi, Kamis (5/12) pagi.
Adapun rekor MURI yang telah di cetak oleh Anak PAUD Kota Jambi antara lain :
1. Membatik di baju kaus anak PAUD (2014)
2. Mengkolase di celengan anak PAUD (2015)
3. Berpakaian Mandiri Terbanyak (2016)
4. Permainan Lompat Tali Terbanyak (2017)
5. Menari Tari Melayu Jambi terbanyak (2018)
6. Penabuh Rebana Terbanyak (2019)
Hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi Pemkot Jambi, khususnya di bawah kepemimpinan Wali Kota Jambi, Syarif Fasha.
“Kami bangga, sebab selama ini kerap dipecah rekor MURI oleh anak TK dan Jambi sejak 2016. Ya meski pun sangat mudah mengumpulkan anak dan sangat sulit mengaturnya, ini prestasi sejak dini yang patut diapresiasi,” sebut Syarif Fasha.
Fasha juga mengucapkan terima kasihnya kepada orang tua yang telah mempercayakan anaknya untuk dititipkan ke lembaga Jambi. Khususnya yang ada di Kota Jambi.
“Insyaallah kita akan juga mendorong baik sarana dan prasarana di lembaga Jambi. Sehingga anak-anaknya lebih bak pendidikannya dan lebih cerdas serta bermanfaat,” harap Fasha.
Pemecahan rekor MURI menabuh rebana terbanyak anak usia dini ditandai dengan pelepasan balon oleh Wali Kota Jambi, Syarif Fasha didampingi oleh Bunda Jambi Kota Jambi, Yuliana Fasha, Ketua Panitia, Arman, serta tim MURI. Kemudian disambut riuh pukulan rebana oleh ribuan anak Jambi.
Sementara itu manager operasional MURI, Andre Purwandono turut mengapresiasi kegiatan tersebut. Di mana, kegiatan tersebut diakuinya belum pernah dilaksanakan di daerah mana pun.
“Kegiatan yang dicetuskan Bunda PAUD ini belum pernah tercatat di MURI dan daerah lain. Ini merupakan ide cemerlang karena merupakan hal yang positif untuk mengenalkan tradisi dearah,” jelasnya.
Sementara itu Arman selaku ketua panita sekaligus Kadisdik Kota Jambi menyebutkan, dengan adanya kegiatan ini dapat mengurangi anak usia dini ketergantungan dengan gadget.
“Kita memang punya beban untuk melestarikan tradisi sejak usia dini. Apalgai belakangan ini banyak anak usia dini lebih memilih bermain gadget. Dengan adanya ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan itu. Selain itu juga ini bisa dibawa oleh mereka hingga dewasa, bahwa inilah tradisi kita,” pungkasnya.